SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI EKONOMI
KATA PENGANTAR
Ekonomi merupakan ilmu penting yang tidak
terlepas dari kehidupan sehari-hari. Akan tetapi ilmu ekonomi yang dipelajari
terutama diaplikasikan seringkali kurang searah dengan teori – teori ekonomi.
Padahal mempelajari ilmu ekonomi perlu untuk mengetahui sejarah perkembangannya
semenjak awal.
Mencermati hal tersebut sebagai suatu
kebutuhan dalam meningkatkan kognasi peserta didik dalam pembelajaran bidang
studi ekonomi maka penulis melakukan penulisan yang berjudul “Sejarah
perkembangan teori ekonomi” sebagi upaya dalam rangka mengembangka profesi
penulis sebagai pendidik.
Semoga penulisan ini bermanfaat bagi para
siswa dalam menambah bacaan/literatur guna
memperluas ilmu ekonomi yang dipelajarinya secara khusus dan umumnya
menambah esensi ekonomi pada tatanan kependidikan.
Penulis
A.
Perkembangan Awal Teori Ekonomi
Teori ekonomi merupakan suatu pemikiran
kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah
perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era sekarang.
Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan
membedakan diantaranya antara yang bersifat "natural" atau
"unnatural".
Transaksi natural terkait dengan pemuasan
kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang
dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang
secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan un-natural tak
berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana
menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dari transaksi ini
disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai
"unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini kelak akan
banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad Pertengahan.
Aristoteles juga membela kepemilikan
pribadi yang menurutnya akan dapat memberi peluang seseorang untuk melakukan
kebajikan dan memberikan derma dan cinta sesama yang merupakan bagian dari
“jalan emas” dan “kehidupan yang baik ala Aristoteles.
Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh
berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai Indian Machiavelli. Dia adalah
professor ilmu politik pada Takshashila University dari India kuno dan kemudian
menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan yang dipimpin oleh Chandragupta
Maurya. Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra (Ilmu mendapatkan materi)
yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli's The Prince.
Banyak masalah yang dibahas dalam karya itu
masih relevan sampai sekarang, termasuk diskusi tentang bagaiamana konsep
manajemen yang efisien dan solid, dan juga masalah etika di bidang ekonomi.
Chanakya juga berfokus pada isu kesejahteraan seperti redistribusi kekayaan
pada kaum papa dan etika kolektif yang dapat mengikat kebersamaan masyarakat.
Tokoh pemikir Islam juga memberikan
sumbangsih pada pemahaman di bidang ekonomi. Ibn Khaldun dari Tunis (1332–1406)
menulis masalah teori ekonomi dan politik dalam karyanya Prolegomena,
menunjukkan bagaimana kepadatan populasi adalah terkait dengan pembagian tenaga
kerja yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sebaliknya mengakibatkan pada
penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia juga memperkenalkan konsep yang
biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve (keterkaitan antara tingkat pajak dan
pendapatan pajak dalam kurva berbentuk huruf U).
Perintis pemikiran barat di bidang ekonomi
terkait dengan debat scholastic theological selama Middle Ages. Masalah yang
penting adalah tentang penentuan harga barang. Penganut Katolik dan Protestan
terlibat dalam perdebatan tentang apa itu yang disebut “harga yang adil” di dalam
ekonomi pasar. Kaum skolastik Spanyol di abad 16 mengatakan bahwa harga yang
adil tak lain adalah harga pasar umum dan mereka umumnya mendukung filsafat
laissez faire.
B.
Era Reformasi Ekonomi
Selanjutnya pada era Reformation pada 16th
century, ide tentang perdagangan bebas muncul yang kemudian diadopsi secara
hukum oleh Hugo de Groot atau Grotius. Kebijakan ekonomi di Europe selama akhir
Middle Ages dan awal Renaissance adalah memberlakukan aktivitas ekonomi sebagai
barang yang ditarik pajak untuk para bangsawan dan gereja.
Pertukaran ekonomi diatur dengan hukum
feodal seperti hak untuk mengumpulkan pajak jalan begitu juga pengaturan
asosiasi pekerja (guild) dan pengaturan religious dalam masalah penyewaan.
Kebijakan ekonomi seperti itu didesain untuk mendorong perdagangan pada wilayah
tertentu. Karena pentingnya kedudukan sosial, aturan-aturan terkait kemewahan
dijalankan, pengaturan pakaian dan perumahan meliputi gaya yang diperbolehkan,
material yang digunakan dan frekuensi pembelian bagi masing-masing kelas yang
berbeda.
Niccolò Machiavelli dalam karyanya The
Prince adalah penulis pertama yang menyusun teori kebijakan ekonomi dalam
bentuk nasihat. Dia melakukannya dengan menyatakan bahwa para bangsawan dan
republik harus membatasi pengeluarannya, dan mencegah penjarahan oleh kaum yang
punya maupun oleh kaum kebanyakan. Dengan cara itu maka negara akan dilihat
sebagai “murah hati” karena tidak menjadi beban berat bagi warganya. Selama
masa Early Modern period, mercantilists hampir dapat merumuskan suatu teori
ekonomi tersendiri. Perbedaan ini tercermin dari munculnya negara bangsa di
kawasan Eropa Barat yang menekankan pada balance of payments.
C.
Masa Perkembangan Kapitalis
Tahap ini kerapkali disebut sebagai tahap
paling awal dari perkembangan modern capitalism yang berlangsung pada periode
antara abad 16th dan 18th, kerap disebut sebagai merchant capitalism dan
mercantilism. Babakan ini terkait dengan geographic discoveries oleh merchant
overseas traders, terutama dari England dan Low Countries; European
colonization of the Americas; dan pertumbuhan yang cepat dari perdagangan luar
negeri. Hal ini memunculkan kelas bourgeoisie dan menenggelamkan feudal system
yang sebelumnya.
Mercantilism adalah sebuah sistem
perdagangan untuk profit, meskipun produksi masih dikerjakan dengan
non-capitalist production methods. Karl Polanyi berpendapat bahwa capitalism
belum muncul sampai berdirinya free trade di Britain pada 1830s.
Di bawah mercantilism, European merchants,
diperkuat oleh sistem kontrol dari negara, subsidies, and monopolies,
menghasilkan kebanyakan profits dari jual-beli bermacam barang. Dibawah
mercantilism, guilds adalah pengatur utama dari ekonomi. Dalam kalimat Francis
Bacon, tujuan dari mercantilism adalah :
The opening and well-balancing of trade; the cherishing of manufacturers; the banishing of idleness; the repressing of waste and excess by sumptuary laws; the improvement and husbanding of the soil; the regulation of prices…
Diantara berbagai mercantilist theory salah
satunya adalah bullionism, doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi
precious metals. Mercantilists berpendapat bahwa negara seharusnya mengekspor
barang lebih banyak dibandingkan jumlah yang diimport sehingga luar negeri akan
membayar selisihnya dalam bentuk precious metals.
Mercantilists juga berpendapat bahwa bahan
mentah yang tidak dapat ditambang dari dalam negeri maka harus diimport, dan
mempromosikan subsidi, seperti penjaminan monopoli protective tariffs, untuk
meningkatkan produksi dalam negeri dari manufactured goods.
Para perintis mercantilism menekankan
pentingnya kekuatan negara dan penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama
dari economic policy. Jika sebuah negara tidak mempunyai supply dari bahan
mentahnnya maka mereka harus mendapatkan koloni darimana mereka dapat mengambil
bahan mentah yang dibutuhkan.
Koloni berperan bukan hanya sebagai
penyedia bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang jadi. Agar tidak
terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk melaksanakan produksi dan
berdagang dengan pihak asing lainnya.
Selama the Enlightenment, physiocrats
Perancis adalah yang pertama kali memahami ekonomi berdiri sendiri. Salah satu
tokoh yang terpenting adalah Francois Quesnay. Diagram ciptaannya yang
terkenal, tableau economique, oleh kawan-kawannya dianggap sebagai salah satu
temuan ekonomi terbesar setelah tulisan dan uang. Diagram zig-zag ini dipuji
sebagai rintisan awal bagi pengembangan banyak tabel dalam ekonomi modern,
ekonometrik, multiplier Keynes, analisis input-output, diagram aliran sirkular
dan model keseimbangan umum Walras.
Tokoh lain dalam periode ini adalah Richard
Cantillon, Jaques Turgot, dan Etienne Bonnot de Condillac. Richard Cantillon
(1680-1734) oleh beberapa sejarawan ekonomi dianggap sebagai bapak ekonomi yang
sebenarnya. Bukunya Essay on the Naturof Commerce ini General (1755, terbit
setelah dia wafat) menekankan pada mekanisme otomatis dalam pasar yakni
penawaran dan permintaan, peran vital dari kewirausahaan, dan analisis inflasi
moneter “pra-Austrian” yang canggih yakni tentang bagaimana inflasi bukan hanya
menaikkan harga tetapi juga mengubah pola pengeluaran.
Jaques Turgot (1727-81) adalah pendukung
laissez faire, pernah menjadi menteri keuangan dalam pemerintahan Louis XVI dan
membubarkan serikat kerja (guild), menghapus semua larangan perdagangan gandum
dan mempertahankan anggaran berimbang. Dia terkenal dekat dengan raja meskipun
akhirnya dipecat pada 1776. Karyanya Reflection on the Formation and
Distribution of Wealth menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang
perekonomian. Sebagai seorang physiocrats, Turgot membela pertanian sebagai
sektor paling produktif dalam ekonomi. Karyanya yang terang ini memberikan
pemahaman yang baik tentang preferensi waktu, kapital dan suku bunga, dan peran
enterpreneur-kapitalis dalam ekonomi kompetetitif.
Etienne Bonnot de Condillac (1714-80)
adalah orang yang membela Turgot di saat-saat sulit tahun 1775 ketika dia
menghadapi kerusuhan pangan saat menjabat sebagai menteri keuangan. Codillac
juga merupakan seorang pendukung perdagangan bebas. Karyanya Commerce and
Government (terbit sebulan sebelum The Wealth of Nation, 1776) mencakup gagasan
ekonomi yang sangat maju. Dia mengakui manufaktur sebagai sektor produktif,
perdagangan sebagai representasi nilai yang tak seimbang dimana kedua belah
pihak bisa mendapat keuntungan, dan mengakui bahwa harga ditentukan oelh nilai
guna, bukan nilai kerja.
Tokoh lainnya, Anders Chydenius (1729–1803)
menulis buku The National Gain pada 1765 yang menerangkan ide tentang
kemerdekaan dalam perdagangan dan industri dan menyelidiki hubungan antara
ekonomi dan masyarakat dan meletakkan dasar liberalism, sebelas tahun sebelum
Adam Smith menulis hal yang sama namun lebih komprehensif dalamThe Wealth of
Nations. Menurut Chydenius, democracy, kesetaraan dan penghormatan pada hak
asasi manusia adalah jalan satu-satunya untuk kemajuan dan kebahagiaan bagi
seluruh anggota masyarakat.
D.
Masa Perkembangan Ekonomi Modern
Mercantilism mulai menurun di Great Britain
pada pertengahan 18th, ketika sekelompok economic theorists, dipimpin oleh Adam
Smith, menantang dasar-dasar mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa
jumlah keseluruhan dari kekayaan dunia ini adalah tetap sehingga suatu negara
hanya dapat meningkatkan kekayaannya dari pengeluaran negara lainnya. Meskipun
begitu, di negara-negara yang baru berkembang seperti Prussia dan Russia,
dengan pertumbuhan manufacturing yang masih baru, mercantilism masih berlanjut
sebagai paham utama meskipun negara-negara lain sudah beralih ke paham yang lebih
baru.
Pemikiran ekonomi modern biasanya
dinyatakan dimulai dari terbitnya Adam Smith's The Wealth of Nations, pada
1776, walaupun pemikir lainnya yang lebih dulu juga memberikan kontribusi yang
tidak sedikit. Ide utama yang diajukan oleh Smith adalah kompetisi antara
berbagai penyedia barang dan pembeli akan menghasilkan kemungkinan terbaik
dalam distribusi barang dan jasa karena hal itu akan mendorong setiap orang
untuk melakukan spesialisasi dan peningkatan modalnya sehingga akan
menghasilkan nilai lebih dengan tenaga kerja yang tetap.
Smith's thesis berkeyakinan bahwa sebuah
sistem besar akan mengatur dirinya sendiri dengan menjalankan
aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya sendiri-sendiri tanpa harus
mendapatkan arahan tertentu. Hal ini yang biasa disebut sebagai "invisible
hand" dan masih menjadi pusat gagasan dari ekonomi pasar dan capitalism
itu sendiri.
Smith adalah salah satu tokoh dalam era
Classical Economics dengan kontributor utama John Stuart Mill and David
Ricardo. John Stuart Mill, pada awal hingga pertengahan abad 19th, berfokus
pada "wealth" yang didefinisikannya secara khusus dalam kaitannya
dengan nilai tukar obyek atau yang sekarang disebut dengan price.
E.
Masa Revolusi Industri
Pertengahan abad 18th menunjukkan
peningkatan pada industrial capitalism, memberi kemungkinan bagi akumulasi
modal yang luas di bawah fase perdagangan dan investasi pada mesin-mesin
produksi. Industrial capitalism, yang dicatat oleh Marx mulai dari pertigaan
akhir abad 18th, menandai perkembangan dari the factory system of
manufacturing, dengan ciri utama complex division of labor dan routinization of
work tasks; dan akhirnya memantapkan dominasi global dari capitalist mode of
production.
Hasil dari proses tersebut adalah
Industrial Revolution, dimana industrialist menggantikan posisi penting dari
merchant dalam capitalist system dan mengakibatkan penurunan traditional
handicraft skills dari artisans, guilds, dan journeymen. Juga selam masa ini,
capitalism menandai perubahan hubungan antara British landowning gentry dan
peasants, meningkatkan produksi dari cash crops untuk pasar lebih daripada yang
digunakan untuk feudal manor. Surplus ini dihasilkan dengan peningkatan
commercial agriculture sehingga mendorong peningkatan mechanization of
agriculture.
Peningkatan industrial capitalism juga
terkait dengan penurunan mercantilism. Pertengahan hingga akhir abad sembilan
belas Britain dianggap sebagai contoh klasik dari laissez-faire capitalism.
Laissez-faire mendapatkan momentum oleh mercantilism di Britain pada 1840s
dengan persetujuan Corn Laws dan Navigation Acts. Sejalan dengan ajaran
classical political economists, dipimpin oleh Adam Smith dan David Ricardo,
Britain memunculkan liberalism, mendorong kompetisi dan perkembangan market
economy.
Pada abad 19th, Karl Marx menggabungkan
berbagai aliran pemikiran meliputi distribusi sosial dari sumber daya, mencakup
karya Adam Smith, juga pemikiran socialism dan egalitarianism, dengan
menggunakan pendekatan sistematis pada logika yang diambil dari Georg Wilhelm Friedrich
Hegel untuk menghasilkan Das Kapital. Ajarannya banyak dianut oleh mereka yang
mengkritik ekonomi pasar selama abad 19th dan 20th. Ekonomi Marxist
berlandaskan pada labor theory of value yang dasarnya ditanamkan oleh classical
economists (termasuk Adam Smith) dan kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran
Marxist beranggapan bahwa capitalism adalah berlandaskan pada exploitation
kelas pekerja: pendapatan yang diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai
pekerjaan yang dihasilkannya, dan selisih itu diambil oleh capitalist dalam
bentuk profit.
Pada akhir abad 19th, kontrol dan arah dari
industri skala besar berada di tangan financiers. Masa ini biasa disebut
sebagai "finance capitalism," dicirikan dengan subordination proses
produksi ke dalam accumulation of money profits dalam financial system.
Penampakan utama capitalism pada masa ini mencakup establishment of huge
industrial cartels atau monopolies; kepemilikan dan management dari industry
oleh financiers berpisah dari production process; dan pertumbuhan dari complex
system banking, sebuah equity market, dan corporate memegang capital melalui
kepemilikan stock. Tampak meningkat juga industri besar dan tanah menjadi
subject of profit dan loss oleh financial speculators.
Akhir abad 19th juga muncul "marginal
revolution" yang meningkatkan dasar pemahaman ekonomi mencakup
konsep-konsep seperti marginalism dan opportunity cost. Lebih lanjut, Carl
Menger menyebarkan gagasan tentang kerangka kerja ekonomi sebagai opportunity
cost dari keputusan yang dibuat pada margins of economic activity.
Akhir 19th dan awal 20th capitalism juga
disebutkan segagai era "monopoly capitalism," ditandai oleh
pergerakan dari laissez-faire phase of capitalism menjadi the concentration of
capital hingga mencapai large monopolistic atau oligopolistic holdings oleh
banks and financiers, dan dicirikan oleh pertumbuhan corporations dan pembagian
labor terpisah dari shareholders, owners, dan managers.
Perkembangan selanjutnya ekonomi menjadi
lebih bersifat statistical, dan studi tentang econometrics menjadi penting.
Statistik memperlakukan price, unemployment, money supply dan variabel lainnya
serta perbandingan antar variabel-variabel ini, menjadi sentral dari penulisan
ekonomi dan menjadi bahan diskusi utama dalam lapangan ekonomi. Pada quarter
terakhir abad 19th, kemunculan dari large industrial trusts mendorong
legislation di U.S. untuk mengurangi monopolistic tendencies dari masa ini.
Secara berangsur-angsur, U.S. federal government memainkan peranan yang lebih
besar dalam menghasilkan antitrust laws dan regulation of industrial standards
untuk key industries of special public concern. Pada akhir abad 19th, economic
depressions dan boom and bust business cycles menjadi masalah yang tak
terselesaikan. Long Depression dari 1870s dan 1880s dan Great Depression dari
1930s berakibat pada nyaris keseluruhan capitalist world, dan menghasilkan
pembahasan tentang prospek jangka panjang capitalism. Selama masa 1930s,
Marxist commentators seringkali meyakinkan kemungkinan penurunan atau kegagalan
capitalism, dengan merujuk pada kemampuan Soviet Union untuk menghindari akibat
dari global depression.
Macroeconomics mulai dipisahkan dari
microeconomics oleh John Maynard Keynes pada 1920s, dan menjadi kesepakatan
bersama pada 1930s oleh Keynes dan lainnya, terutama John Hicks. Mereka
mendapat ketenaran karena gagasannya dalam mengatasi Great Depression. Keynes
adalah tokoh penting dalam gagasan pentingnya keberadaaan central banking dan
campur tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya "General Theory
of Employment, Interest and Money" menyampaikan kritik terhadap ekonomi
klasik dan juga mengusulkan metode untuk management of aggregate demand. Pada
masa sesudah global depression pada 1930s, negara memainkan peranan yang penting
pada capitalistic system di hampir sebagian besar kawasan dunia. Pada 1929,
sebagai contoh, total pengeluaran U.S. government (federal, state, and local)
berjumlah kurang dari sepersepuluh dari GNP; pada 1970s mereka berjumlah
mencapai sepertiga.
Peningkatan yang sama tampak pada
industrialized capitalist economies, sepreti France misalnya, telah mencapai
ratios of government expenditures dari GNP yang lebih tinggi dibandingkan
United States. Sistem economies ini seringkali disebut dengan "mixed
economies."
Selama periode postwar boom, penampakan
yang luasa dari new analytical tools dalam social sciences dikembangkan untuk
menjelaskan social dan economic trends dari masa ini, mencakup konsep
post-industrial society dan welfare statism. Phase dari capitalism sejak awal
masa postwar hingga 1970s memiliki sesuatu yang kerap disebut sebagai “state
capitalism”, terutama oleh Marxian thinkers.
Banyak economists menggunakan kombinasi
dari Neoclassical microeconomics dan Keynesian macroeconomics. Kombinasi ini,
yang sering disebut sebagai Neoclassical synthesis, dominan pada pengajaran dan
kebijakan publik pada masa sesudah World War II hingga akhir 1970s. pemikiran
neoclassical mendapat bantahan dari monetarism, dibentuk pada akhir 1940s dan
awal 1950s oleh Milton Friedman yang dikaitkan dengan University of Chicago dan
juga supply-side economics.
Pada akhir abad 20th terdapat pergeseran
wilayah kajian dari yang semula berbasis price menjadi berbasis risk,
keberadaan pelaku ekonomi yang tidak sempurna dan perlakuan terhadap ekonomi
seperti biological science, lebih menyerupai norma evolutionary dibandingkan
pertukaran yang abstract. Pemahaman akan risk menjadi signifikan dipandang
sebagai variasi price over time yang ternyata lebih penting dibanding actual
price. Hal ini berlaku pada financial economics dimana risk-return tradeoffs
menjadi keputusan penting yang harus dibuat.
Masa postwar
boom yang lama berakhir pada 1970s dengan adanya economic crises experienced
mengikuti 1973 oil crisis. “stagflation” dari 1970s mendorong banyak economic
commentators politicians untuk memunculkan neoliberal policy diilhami oleh
laissez-faire capitalism dan classical liberalism dari abad 19th, terutama
dalam pengaruh Friedrich Hayek dan Milton Friedman. Terutama, monetarism,
sebuah theoretical alternative dari Keynesianism yang lebih compatible dengan
laissez-faire, mendapat dukungan yang meningkat increasing dalam capitalist
world, terutama dibawah kepemimpinan Ronald Reagan di U.S. dan Margaret
Thatcher di UK pada 1980s.