Postingan

PEMIKIRAN TENTANG BELAJAR MENGAJAR AL QURAN

 PEMIKIRAN IBNU SAHNUN TENTANG BELAJAR MENGAJAR AL-QURAN BIOGRAFI IBNU SAHNUN Ahmad Ubaedi Fathuddin (Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pekalongan) Nama lengkap Ibnu Sahnun adalah Abu Abdullah Muhammad bin Abi Sa’id bin Habib bin Hisan ibnu Hilal bin Bakar bin Robiah al-Tunukhi. Nama asli yang diberikan orang tuanya adalah Abdu al-Salam, yang kemudian karena kejeniusan dan kecerdasannya ia bergelar Sahnun yang berarti Burung Elang (al-Tho-ir-Hadid al-Nadzor), dan ia seorang syeikh terkenal yang mengembangkan madzhab Maliki di Qairuwan Afrika Utara. Beliau lahir di Qairawan, Tunisia, Afrika Utara (202-256 H/813-869 M) dan merupakan pemikir yang yang mempelopori pembaharuan pendidikan di zaman keemasan Islam (Hijazi, 1995: 62). Ibnu Sahnun lahir dan tinggal di daerah penganut fanatik madzhab Maliki (Ahlu al-Madinah), melalui didikan ayahnya, Abu Said Sahnun yang juga seorang Syeikh terkenal yang pertama kali mengajarkan madzhab Imam Maliki Pemikiran Ibnu Sahnun Tentang

Syarat dan Rukun Jual Beli dalam islam

Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Untuk memperjelas syarat dan rukun jual beli maka lebih dahulu dikemukakan pengertian syarat dan rukun baik dari segi etimologi maupun terminologi. Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rukun adalah "yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan," [1] sedangkan syarat adalah "ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan." Menurut Satria Effendi M. Zein, bahwa menurut bahasa, syarat adalah sesuatu yang menghendaki adanya sesuatu yang lain atau sebagai tanda, [2] melazimkan sesuatu. [3] Secara terminologi, yang dimaksud dengan syarat adalah segala sesuatu yang tergantung adanya hukum dengan adanya sesuatu tersebut, dan tidak adanya sesuatu itu mengakibatkan tidak ada pula hukum, namun dengan adanya sesuatu itu tidak mesti pula adanya hukum. [4] Hal ini sebagaimana dikemukakan Abd al-Wahhab Khalaf, syarat adalah sesuatu yang keberadaan suatu

Tinjauan Hukum Islam Dalam Jual Beli

  Macam-Macam Jual Beli dalam islam 1. Jual Beli Benda yang Kelihatan Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum, dari segi obyek jual beli, dan dari segi pelaku jual beli. Ditinjau dari segi benda yang dijadikan obyek jual beli dapat dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin [1] bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk: 1) jual beli benda yang kelihatan 2) jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji dan 3) jual beli benda yang tidak ada. Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli, hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak, seperti membeli beras di pasar dan boleh dilakukan. Jual beli itu dihalalkan, dibenarkan agama, asal memenuhi syaratsyarat yang diperlukan. Demikian hukum ini disepakati para ahli ijma (ulama’ Mujtahidin) tak ada khilaf padanya. Memang den

Dasar Hukum Jual Beli Dalam islam

  Dasar Hukum Jual Beli Jual-beli disyariatkan berdasarkan Al-Qur'an, sunnah, dan ijma', yakni: 1. Al-Qur'an a. Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 275 [1] وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (QS. Al-Baqarah : 275).10 b. Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 282 ( وَأَشْهِدُوْاْ إِذَا تَبَايعَتُمْ (البقرة: 282 Artinya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli. (QS. Al - Baqarah: 282).11 c. Al-Qur'an, surat An-Nisa'ayat 29 إِلا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاض منكُمْ (النساء: 29 Artinya: Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka. (QS. An-Nisa': 29).12 2. Al-Sunnah, di antaranya: a. Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh HR. Bajjar [2] عَنْ رِفَاعَة بْن رَافعٍ أَ ان الني صلى الله عليه وسّلم سئل أىّ الكسب أطيب؟ قال عمل الرّجل بيده وكلّ بيع مبرور(رواه البزار ) Artinya: Rifa'ah bin Rafi', sesungguhnya Nabi SAW. Ditanya tent

pengertian jual beli dalam islam

pengertian jual beli dalam islam perspektif ulama Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-ba’i yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal alba’I dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-syira (beli). Dengan demikian, kata al-ba’i berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli. [1] Menurut bahasa, jual beli berarti "menukarkan sesuatu dengan sesuatu". [2] Secara terminologi, para fuqaha mendefinisikan yang berbeda-beda antara lain, sebagai berikut: Menurut Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary [3] , jual beli adalah وشرعا مقابلة مال بمال على وجه مخصوص Artinya: menurut syara jual beli ialah menukarkan harta dengan harta dengan cara tertentu Menurut Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi, [4] واما شرعا فأحسن ما قيل فى تعريفة انه تمليك مالية بمعاوضة باذن شرعي أوتمليك منفعة مباحة على التأبيد بثمن مالي Artinya: menurut syara, pengertian jual beli yang paling tepat ialah memilik