Dasar Hukum Jual Beli Dalam islam
Dasar Hukum Jual Beli
Jual-beli
disyariatkan berdasarkan Al-Qur'an, sunnah, dan ijma', yakni:
1.
Al-Qur'an
a.
Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 275[1]
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ
الرِّبَا
Artinya:
Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (QS.
Al-Baqarah : 275).10
b.
Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 282
( وَأَشْهِدُوْاْ إِذَا
تَبَايعَتُمْ (البقرة: 282
Artinya:
Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli. (QS. Al-Baqarah: 282).11
c.
Al-Qur'an, surat An-Nisa'ayat 29
إِلا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاض
منكُمْ (النساء: 29
Artinya:
Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka. (QS. An-Nisa': 29).12
2.
Al-Sunnah, di antaranya:
a.
Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh HR. Bajjar[2]
عَنْ رِفَاعَة بْن رَافعٍ أَ ان الني
صلى الله عليه وسّلم سئل أىّ الكسب أطيب؟ قال عمل الرّجل بيده وكلّ بيع مبرور(رواه
البزار )
Artinya:
Rifa'ah bin Rafi', sesungguhnya Nabi SAW. Ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Nabi SAW menjawab: seseorang bekerja
dengan tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur. (HR. Bajjar).
Maksud
mabrur dalam hadis di atas adalah jual-beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan
merugikan orang lain,
b.
Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh HR. Baihaqi dan Ibnu Majjah
وأجَرخ ابْنُ حِبَان وَابن مَاجَه
عَنْهُ صَلى الله عليه وسلم أ نمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ
(رواه البيهقى وابن ماجه)
Artinya:
Dan dikeluarkan dari Ibnu Hibban dan Ibnu Majah bahwa Nabi SAW, sesungguhnya jual-beli harus
dipastikan harus saling
meridai." (HR. Baihaqi dan Ibnu Majjah).
3.
Ijma'
Ulama
telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak
akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun
demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus
diganti dengan barang lainnya yang sesuai.[3]
[1] Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: DEPAG RI, 1978, hlm. 69.
[2] 13Muhammad bin Ismail al-Kahlani as-San'ani, Subul as-Salam, Kairo: Syirkah Maktabah Mustafa al-Babi al-Halabi, 1950, hlm. 4
[3] 5Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth, Juz III, hlm.147